Sunday, September 13, 2009

My KTI

KARYA TULIS ILMIAH


HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT TERHADAP PENATALAKSANAAN KLIEN PRILAKU BUNUH DIRI
DI RSJ.Prof. Dr. HB. SA’ANIN
PADANG TAHUN 2009


Diajukan Untuk Memenuhi salah satu Dalam menyelesaikan Pendidikan
Diploma DIII Keperawatan Stikes Perintis Bukittinggi

OLEH :


ISMAEL
2061480


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKES
PERINTIS BUKITTINGGI
TAHUN 2009


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan prilaku yang mengkontribusi fungsi integrasi ( stuar and sundeen ). Pasien atau klien dapat berupaya individu, keluarga kelompok organisasi atau komonitas.
Salah satu masalah yang dihadapi klien dalam keperawatan adalah prilaku bunuh diri, dan bentuk penyelesaian dari masalah prilaku bunuh diri adalah memberikan penatalaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan klien
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakiri kehiduapan. Di amerika serikat dilaporkan 25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun dan merupakan penyebat kematian yang kesebelas . Rasio kejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah tiga berbanding satu ( keliat budi Ana 1994 )
Sedangkan indonesia lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri kehidupannya dengan bunuh diri mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu resiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahguaan zat, dan skizofrenia ( Stuard san Sundeen, 1998 hlm 286 )
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif. Selain itu bunuh diri merupakan tindakan integritas merusak diri atau mengakiri kehidupan. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saar ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana ang spesifik untuk bunuh diri.
Dan ciri-ciri klien bunuh diri adalah pasien pernah mencoba bunuh diri, keinginan bunuh diri dinyatakan keterangan-keteragan, klien cemas, klien baru mengalami kehilangan.
Oleh karena itu, perawat harus memerlukan ciri karakteristis yang baik dan bagus dalam penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri. Karena Sebagai mana diketahui karakteristik adalah salah satu aspek kepribadian yang menggambarkan suatu susunan batin manusia yang nampak pada kelakuan dan perbuatan ( Heri purwato, 2000 : 112 )
Untuk itu upaya yang dilakukan oleh pemberi pelayanan kesehatan adalah perawat harus ditingkatkan sumber daya manusianya. Dengan melakukakan-melakukan penataran serta menigkatkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi agar sesuai dengan tangung jawab dan wewenang serta etika profesional yang sesui dengan perkembangan zaman yang selalu menuntut pelayanan kesehatan yang prima dalam mewujutkan hal tersebut diperlukan teknik, sikap dalam penatalaksaan terhadap klien dengan prilaku bunuh diri.
Dari pengamatan di RSJ HB sa`anin Padang, pada khususnya perawat yang dinas dibagian rawat inap cenderung hanya memantau pasien sekilas saja, tanpa memperhatikan pasien semaksimal mungkin, begitu juga halnya kepada keluarga pasien, perawat jarang sekali menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya penatalaksanaan atau pengobatan yang diberikan kepada klien sehubungan dengan pencegahan bunuh diri.
Sedangkan klien yang berprilaku bunuh diri ada peneliti temui, tetapi sebagian rumah sakit tidak mencatat angka klien yang berprilaku bunuh diri . peneliti juga melihat buku laporan diruangan-diruangan yang ada di RS Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang, tetapi penelii tidak menemui angka klien yang berprilaku bunuh diri di rumah sakit. peneliti hanya ingin menemukan apakah ada hubungan karakteristik terhadap penatalaksaan klien dengan prilakuDari uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam membantu proses kesembuhan klien atau mencegah terjadinya resiko prilaku bunuh diri diperlukan sekali penatalaksaan yang tepat dari dari perawat.
Mengingat sangat pentingnya peran perawat terhadap penatalaksaan yang tepat dari perawat.
Mengingat sangat pentingnya peran parawat terhadap penatalaksaaan klien dengan prilaku bunuh diri, maka penulis tertarik menggali bagaimana hubungan karakteristik perawat dalam penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri.
1.2 Rumusan masalah
Dalam melakukan penelitian ini, penulis ingin melihat apakah ada hubangan karakteristik perawat terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri di RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun 2009
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan karakteristik perawat meliputi tingkat pendidikan, usia dan lama kerja terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri di Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun 2009
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengedentifikasi karakteristik parawat, meliputi tingkat pendidikan, usia dan lama kerja perawat di Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun 2009
1.3.2.2 Mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan perawat terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri di Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun 2009
1.3.2.3 Mengidentifikasi hubungan tingkat usia pearawat terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri di Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun 2009.


1.3.2.4 Mengidentifikasi hubungan tingkat usia perawat terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri di Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun 2009.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang peranan karakerisik perawat terhadap penatalaksanaaan klien dengan prilaku bunuh diri.
1.4.2 Bagi institusi Pendidikan
Sebagai bahan dan ajuan dalam mengembangkan ilmu pengetauan bagi peserta didik khususnya pada pendidikan DIII keperawatan dan juga sebagai bahan penelitian selanjutnya.
1.4.3 Bagi lahan
Sebagai masukan bagi RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang mengenai hubungan karakreristik perawat terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri.











BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.Tinjauan teoritis
2.1.1 Pengertian karakteristik
Karakteristik adalah kemampuan untuk memadukan nalai-nilai yang menjadi filosopi atau pandangan dunia yang utuh, memperhatikan komitmen yang teguh dan responden yang konsisten terhadap nilai-nilai itu dengan mengenerasikan pengalaman tertentu menjadi satu sistem nilai ( Notoatmodjo, 2003 : 207 )
Karakteristik adalah merupakan salah satu aspek kepribadian yang menggambarkan suatu susunan batin manusia yang nampak pada kelakuan dan perbuatan ( Heri purwato, 2000 : 112 )
Manusia diciptakan dengan unik, berbeda satu sama lain dan tidak satupun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskpun mereka persis kembar idetik. Oleh karena itu individu pasti memiliki karakter yang berbeda dengan individu yang lainnya. Perbedaan individu ini dinamakan kodrat manusia yang bersifat alami.
2.1.2 Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan dalam bidang keperawatan dan memberikan wewenang untuk melaksanakan pelayanan atau asuhan asuhan keperawatan di ruang rawat ( Dep Kes 1999 )
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi karakteristik perawat
2.1.3.1. Umur
Umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas parawat. Kedewasaan adalah tingkat kemampuan teknis dalam melakukan tugas maupun kedewasaan psikologis, semakin bertambah lanjut usia seseorang semakin meningkat pula kedewasaan seseorang demikian juga psikologisnya akan menunjukan kematangan jiwa.
Meningkatnya umur seseorang, akan meningkat pula kebijaksaan dan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan berfikir rasional.
Kinerja akan meningkat dan kepuasan kerja tercapai. Karayawan yang masih muda tuntutan kepuasan kerja dapat tercipta karena adanya persepsi yang positif terhadap suatu yang berkaitan dengan pekerjaannya( Hasibun 2009 )
Selanjutnya bertolak belakang dengan pendapat Brow dalam amerika serikat ad ( 2000 ) mengatakan bahwa usia 25 hingga 30 tahun dan antar 45 hingga 54 sering timbul ketidak puasan dalam bekerja .
2.1.3.2 Tingkat Pendidikan
Menurut siagin ( 2000 ) Mengatakan bahwa pendidikan merupakan yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan kualitas kepribadian seseorang dimana semakin tinggi pendidikan semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan kerampilan.
Pendapat Gipson ( 2000 ) mengatakan bah pendidikan yang tinggi pada umumnya menyebabkan seseorang lebih mampu dan bersedia posisi dan bertanggung jawab.
Selain itu Marquis ( 2000 ) mengatakan bahwa untuk mengembangkan antara lain program sertifikasi dan pendidikan keperawatan berlanjut. Latar belakang pendidikan mempengaruhi kinerja.
2.1.3.3 Lama kerja.
Siagi ( 2000 ) menyimpulkan bahwa makin lama kinerja kerja seseorang maka akan semakin terampil dan pengalaman menghadapi masalah dalam pekerjaannya. Lama kerja seseorang perawat pada instalasi yaitu dari mulai perawat resmi sebagai karyawan rumah sakit tersebut.
Gipson ( 1996 ) mengatakan lama kerja dapat mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerja.
Maryoto ( 1990 ) berpendapat apabila seseorang bekerja belum cukup lama sedikit banyaknya akan mengakibatkan hal –hal yang kurang baik antara lain belum menghawati pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Masa kerja seseorang yang terlalu lama dalam suatu organisasi juga merupakan gejala yang tidak sehat. Akibat yang mingkin timbul antara lain adalah rasa bosan karena pekerjaan sama dalam waktu yang lama, sifat pasif dan mundurnya motifasi dan inisitif dalam bekerja serta mempengaruhi kreatifitas seseorang karena tidak ada tantangan yang berarti. Kepuasan kerja relatif tinggi pada waktu permulaan bekerja menurun secara berangsur-angsur selama 5-6 tahun dan selanjutnya kepusan meningkat mencapai puncak setelah 20 tahun.
2.1.3. 4.Lingkungan
Faktor lingkungan juga memegang peranan penting dalam kepuasan kerja antara lain.
 Penghargaan terhahdap usaha yang telah dilaksanakan
 Pengetahuan tentang kegiatan dan tindakan
 Rasa percaya diri.
 Kesempatan dan dukungan yang terdukung
 Keamanan pekerjaan
 Adil dan konsisten terhadap keputusan dalam melaksanakan tindakan
 Kondisi kerja yang kundusif ( Nursalam 2002 )
2.1.4.Bunuh diri
Bunuh diri merupakan kematian yang di perbuat oleh sangaja pelaku sendiri secara sengaja ( harold Kaplan, 1998, jiwa darurat )
Pikiran bunuh diri dan usaha percobaan bunuh diri merupakan kasus yang sering menampilkan diri di IGD, tema umum yang menyebabkan bunuh diri termasuk kasus yang membuat penderita yang amat sangat dan rasa putus asa dan tak berdaya, konflik antara hidup dan stres yang tak tertahankan, penyempitan dari jalan keluar yang dilihat pasien serta serta keinginan untuk melarikan diri dari hal itu. Pikiran bunuh diri terjadi pada seseorang yang rentan dalam reaksi terhadap beraeka stres pada tiap umur dan terus merupakan gagasan untuk jangka waktu lama tanpa suatu usaha percoban bunuh diri.
2.1.5.1 Faktor-faktor resiko bunuh diri
Faktor resiko bunuh diri dibagi 3
2.1.5.1.1Faktor resiko populasi
 Pria
 Usia lanjut/ usia lebih tua
 Individu yang mengisolasi
 Kulit putih
 Indian amerika
2.1.5.1..2. Faktor resiko individual
 Rasa putus asa ( terutama pada pasien yang depresi mayor ) keridak berdayaan, kesepian, letih, nyeri psikologis yang dirasakan tidak tertannggungkan
 Gangguan psikiatrik
 Gangguan mood mayor ( baik primer atau pun sekunder, 50 % dari seluruh kasus bunuh diri ) khususnya dengan tanda – tanda negatif atau proses pikir menyenpit , 15% masa hidup beresiko bunuh diri
 Alkohollisme ( angka bunuh diri sebesar 50 kali dibanding normal 25% dari seluruh kasus bunuh diri ), sebagian besar pasien kronis, sebagian besar pria, sering setelah hubungan pribadi dengan orang lain 13 – 9 % resiko masa hidup, lebih tinggi lagi, apabila terdapat depresi dan dukungan sosial yang kurang ( umum dialami oleh banyak pasien ). Kecanduan obat – obatan ( 10 % mati karena bunuh diri )
 Skizofrenia, khususnya ketika mengalami kesepian, depresi, skizofrenia kronis, atau diseratai waham kejar atau dengan halusinasi perintah yang merusak diri sendiri 10 % atau lebih resiko untuk hidup.
 Lain-lain : Psikosis akibat kondisi organik : gangguan kepribadian lambang, anti sosial ) gangguan panik dengan komorboditas depresi
2.1.5.1.3. Faktor resiko lain
 Masa liburan, musim semi, masa perayaan – perayaan
 Pengukuran biokimia yangmemunkinkan potensi bunuh diri penurunan cairan serebro spinal 5 H/AA ( 5 Hydroxyindolecetic )
2.1.5.2. Tiga kategori prilaku bunuh diri
2.1.5.2. 1. Ancamam bunuhdiri
Peringatan verbal atau non verbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak ada akan erada disekitar kita lebih lama lagi atau mungkn juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiat dan sebagainya, pesan – pesan ini harus dipertimbangkan dalam kontek peristiwa kehidupan terakhir ancaman menunjukan ambivaensi seseorang tentang kematian, kurang respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk untuk melakukan tindakan bunuh diri.
2.1.5.2. 2. Upaya bunuh diri.
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan individu yang dapat mengarahkan kepada kematian apabila tidak dicegah.
2.1.5.2. 3. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui cepat pada waktunya ( stuart and Sundeen, 1998 )
2.1.5.3. Ciri-ciri pasien yang berpotensi bunuh diri
Seperti dari percobaan bunuh diri tidak dapat diantisipasi, sekalipun dengan kemajuan pengetahuan saat ini predikasi yang akurat masih sulit diperoleh, kemungkinan bunuh diri dapat terjadi apabila.
2.1.5.3.1. Pasien pernah mencoba bunuh diri terlihat diruangan gawat darurat, bangsal, perawatan dan sebagainya.
2.1.5.3.2. Keinginan bunuh diri dinyatakan terang-terangan maupun tidak,atau berupa ancaman “ kamu tidak akan saya ganggu lebih lama lagi “ ( Sering dikatakan kepada keluarga )
2.1.5.3.3 Secara objektif terlihat adanya mood yang depresi atau cemas
2.1.5.3.4 Baru mengalami kehilangan yang bermakna ( misalnya pasangan pekerjaan, haraga diri )
2.1.5.3.5 Perubahan prilaku yang tidak terduga, menyampaikan pesan-pesan, pembicaraan serius dan mendalam dengan kerabat , membagi-bagikan harta/barang –barang miliknya.
2.1.5.3.6. Perubahan sikap yang mendadak, tiba-tiba gembira, marah atau menarik diri. ( David A. Tomb, 2004 )
2.1.6. Penatalaksaan pada klien prilaku bunuh diri
2.1.6.1. Kembangkan ikatan terapeutik dengan pasien. Lakuakn dengan penuh perhatian dan rasa penerimaan. Usahakan mengerti alasan pasien ingin mati. Biarkan pasien mengekpresikan kemarahannya, pikiran-pikiran “yang tidak dapat diterima” Perasaan ditolak dan keputus asaan. Pasien-pasien seperti ini sering merasa tidak dimengerti dan terperangkap dan tetapi tidak mampu meminta pertolongan . kurangi nyeri psikologis sedapat mungkin.
2.1.6.2.Pasien sering bingung dan memiliki fokus pikir yang sempit, hadapkan dengan hal-hal yang realita. Jangan mengecilkan keseriusan pasien dalam usaha bunuh diri. Jangan pernah setuju untuk merahasikan rencana bunuh diri.
2.1.6.3.Bantulah pasien dengan melewati. Masa berduka karena kehilangan. Jangan memberi alasan untuk membenarkan gejala-gejala yang dialami pasien ( misal. Saya juga pernah merasakan hal yang sama ). Dan juga juga potensi untuk bunuh diri juga dapat berubah dengan cepat. Nilailah kembali kondisi pikiran pasien dengan sering.
2.1.6.4.menggunakan sumber daya dari komunitas. Lihatlah keluarga dan prang-orang yang bermakna dalampengobatan pasien. Gunakan terapi keluarga bila sesuai dengan kebutuhan. Kurangi solusi sosial dan penarikan diri secara aktif. Membantu membuat perubahan-perubahan dalam lingkungan yang patologis dari pasien. Jangan kehilangan kontak dengan pasien. Pantau dengan teliti selama musim liburan. Bersikap aktif tetapi tetap menuntut pasien untuk berrtangung jawab terhadap hidupnya.
2.1.6.5.Semua ancaman bunuh diri secara verbal dan non verbal harus ditanggapi secara serius. Laporkan segera mungkindan lakukan tindak pengaman. Dan jauhkan semua benda yang berbahaya dari lingkungan dekt pasien. Dan jika pasien beresiko tinggi untuk bunuh diri, obserfasi secara ketat, bahkan ketika dia berada ditempat tidur atau menggunakan kamarmandi
2.1.6.6.observasi dengan cermat ketika pasien minum obat.periksa mulut pasien memastikan bahwa obat telah ditelan.berikan obat dalam bentuk cair apabila memungkinkan
2.1.7. Penelitian terkait
Sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian yang terkait dengan peneliti lakukan yaitu hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri.
2.1.8. Kerangka penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan kerangka dengan konsep sendiri agar mempermudah menentukan variabel yang akan diteliti.
Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan pada bagan berikut









Variebel independen Variabel dependen
Karakteristik Perawat Penatalaksanaan Klien Bunuh diri
- Usia 1. Kembangkan ikatan terapeutik dengan klien
- Pendidikan 2. Hadapkan klien pada hal-hal yang realita
- Lama kerja 3. Bantulah klien melewati masa berduka
4. Mengggunakan sumberdaya dari komunitas
5. Tanggapi ancaman bunuh diri dengan serius
6.Observasi denga cermat ketika klien minum obat
- Dilakukan sesuai standar  80 %
- Tidak dilakukan sesuai standar


Dari keterangan diatas dapat dijelaskan karakeristik perawat dalam penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri meliputi umur, tingkat pendidikan dan lama kerja dalam penelitian ini penulis ingin melihat penataksanaan oleh perawat apakah sudah dilakukan sesuai standar 80 % atau tidak dilakukan sesuai standar  80 %
2.1.9. Defenisi Operasional
Variabel Defenisi
Operasional Alat ukur Cara ukur Skala ukur Hasil ukur
Karakteristik Hal yang ada dalam diri seorang perawat yang berpengaruh terhadap sikap dan prilaku. kosioner Kosioner langsung dijawab oleh responden. ordinal Baik
76 – 100%

Cukup
61 – 75%

Kurang
≤ 60%
Umur Lama hidup yang dihitung sejak mulai lahir sampai usia saat penelitian. wawancara angket Ordinal 1. Dewasa awal 21- 40 th
2. Tengah baya 40 – 50
3. Tua  50 th
Tingkat pendidikan Latar belakang pendidikan kesehatan formal terakhir saat diakukan penelitian wawancara Angket Ordinal 1. Rendah SPK
2. Tinggi DIII dan S1.
Lama kerja Masa yang telah dilewati ole perawat dalam bekerja wawancara angket ordinal 1. baru bekerja 0 - 10 tahun
2. sudah lama bekerja  10 th
Penerapan penatalaksanaan Suatu tindakan yang diberikan perawat kepada klien berdasarkan ketentuan yang telah ditentukan observasi Panduan obervasi Ordinal 1. dilakukan sesuai standar  80 %
2. tidak dilakukan sesuai standar  80 %

2.1.10. Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan karakteristik terhadap penatalaksaa klien dengan bunuh prilaku bunuh diri
Ho : Ada hubungan karakteristik terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri.














BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Disain Penelitian
Penelitian ini mengunakan deskriptif kolerasi yang memilih hubungan antara dua variabel yaitu karakteristik dan penatalaksaan perawat pada klien bunuh diri di RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang dimana peneliti memilih pendekatan inferensial dengan tujuan untuk menganalisa data dengan istilah yang bermakna,
Ang memungkinkan peneliti memutuskan, apakah hasil studi merupakan hasil dari faktor yang direncanakan dalam desain studi teori yang ditentukan secara kebetulan dengan menggunakan skor – skor P ( 0,05 ) yang didapatkan melalui uji statistik perbedaan dua proposi = Chi – Square test ( Notoadmodjo.s 2002 : 145 )
3.2 Populasi sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti ( Notoatmodjo.s.2002 ) yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang dinas di bagian rawat inap di RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang yang berjumlah.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ( Notoadmodjo 2003 : 79 ). Sampel dalam penelitian ini adalah semua perawat yang dinas dibagian rawat inap RS Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang dengan jumlah 59 orang dengan menggunakan teknik total sampling
Kriteri sampel
 Perawat pelaksaan di ruang rawat inap RSJ Padang
 Bersedia menjadi sampel peneliti
 Berada ditempat penelitan saat pengambilan data
 Perawat pelaksaan tidak cuti
3.3.Cara pengumpulaan data
3.3.1 Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan tertutup dalam bentuk kusioner yang diisi dengan cara di cheklis meliputi nama/initial, lama kerja dan usia, sedangkan untuk mengetahui variabel independen tentang penatalaksaan yang dilakukan perawat terhadap klien, peneliti menggunakan lembaran observasi yang berisi 33 item dalam bentuk lembaran cheklis lika dilakukan diberi nilai 1 dan jika tidak dilakukan diberi nilai 0 dan yang akan di observasi oleh responden menyangkut pada penggunaan penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri yang dilakukan perawat, fase yang dilakukan perawat dan sikap penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri yang dilakukan perawat.
3.3.2 Prosedur pengumpulan data
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba kuesioner terhadap 3 orang responden yang memenuhi kriteria untuk diteliti nanti. Tujuan uji coba kuesioner untuk melihat apakah kuesiner dapat dipahami oleh responden.
Setelah uji coba dilaukan peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria sampel kemudian dilakukan pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner kepada responden dan menjelaskan cara pengisian kuesioner selama 10 – 15 menit dan responden didampingi selama pengisian. Setelah diiisi dikumpulkan kelengkapan dan kelengkapannya diperiksa oleh peneliti. Setelah itu peneliti langsung melakukan observasi kepada perawat tersebut sesuai dengan item yang telah diterapkan.

3.4 Cara pengolahan data dan analisa data.
3.4.1 Pengolahan data dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
3.4.1.1 Coding
Peneliti dengan melakukan kegiatan mengklasifikasikan data dan pemberian kode untuk masing – masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkan data
3.4.1.2 Editing
Penyuntungan data dilakukan sebelum proses pemasukan dan sebaiknya dilakukan agar data yang salah satu meragukan masih dapat ditelusuri kembali pada responden
3.4.1.3. Scoring
Untuk lembaran observasi ditetapkan nilai skor 1 jika dilakukan dan nilai skor : 0 jika tidak dilakukan. Sedangkan untuk kuesioner yang ada karakteristik perawat dikatagorikan untuk umur dewasa awal = 1, Tengah baya = 2 dan Tua = 3. untuk tingkat pendidikan SPK = 1, D III = 2, dan S 1 = 3. dan untuk lama kerja, buru bekerja diberi skor 1 dan sudah lama bekerja diberi skor 2.
3.4.1.4. Membuat stuktur data
Struktur data dikembangkan sesuai dengan analisis yang akan dilakukan.
3.4.1.5. Memasukkan data
Dalam kegiatan ini diperhatikan atau analisis yang akan dilakukan.
3.4.1.6. Cleaning
Pembersihan data perlu dilakukan dan ternyata terdapat kesalahan dalam melakukan data, lakukan pembentukan dan pengecekan ulang kuesioner.



3.4.2 Analisa data
3.4.2.1 Analisa Univariat
Setelah data dikumpulkan dan data diolah dengan menggunakan analisa distribusi frekwensi dan statIstik deskriptif untuk melihat katagori variabel independen dan depeden untuk katagori dependen yaitu persiapan dan pelaksaan penerapan penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri ditetapkan :
1. dilakukan sesuai standar 80 %
2. tidak dilakukan sesuai standar  80 %
Data diolah dengan menggunakan rumus :
F
P =  100 %
N


Ket : P = persentase
F = Fekwensi
n = Jumlah e Responden
( Arikunto. 1993 )
3.4.2.2 Analisa bivariat
Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksaan dengan klien prilaku bunuh diri. Penguji hipotesis untuk mengambil keputusan tentang apakah hipotesis yang diajukan cukup meyakinkan untuk ditolak atau diterima dengan menggunakan uji statistik chi square, untuk melihat kemaknaan perhitunngan statistik digunakan batasan kemaknaan 0,05 sehingga P ≤ 0,05 maka secara statistik disebut “ bermakna “ dan jika P  0,05 maka hasil hubungan tersebut ‘tidak bermakna”
Analisa data dilakukan dengan uji statistik dengan menggunakan rumus chi square

∑ ( 0 – E )2
. X2 =
E

Ketarangan : X2 = chi square
∑ = jumlah baris dan kolom
E = nilai yang diharapkan
3.5. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan disalah satu ruang rawat inap di RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang dengan perbandingan bahwa dirumah sakit ini merupakan salah satu instalasi pendidikan sehingga memudahkan untuk yang sesuai dan peneliitian rencana akn dillakukakn pada bulan Februari 2009
3.6. Etika penelitian
Setelah mendapat surat dari pendidikan, peneliti melapor kepada direktur RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tentang tujuan penelitian dilakukan. Setelah mendapat izin dari Direktur, peneliti melaporkan kepada keperawatan dan meminta surat pengantar penelitian untuk kesemua ruangan rawat inap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang, peneliti memberikan surat tentang rencana dan tujuan peneliti kepada responden, setiap responden berhak untuk menolak atau menyetujui menjadi responden, bagi mereka yang setuju diminta untuk menandatangani lembaran persetujuan yang telah disediakan.






DAFTAR PUSTAKA
Bastable,Susan,2002.Perawat sebagai pendidik prinsip pengajaran dan pengajaran, Jakarata : EGC
David. Tomb,2000. Buku saku Psikistri, Jakarta : EGC
Harold, Kaplan, 1998. jiwa darurat, jakarta : Media Medika
Harold, Kaplan. 1998. Jiwa Darurat. Jakarta : Media Medika
Keliat budi ana, 1994. Asuhan Keperawatan Pada klien Bunuh diri, Jakarta
Notoadmojo, Soekitjo, 2000. Metode Penelian dan Kesehatan, Jakarta:Rineka Cipta
Stuart da sudeen, 1998 Keperawatan Jiwa : EGC

















Photobucket
Blom d upload. Please wait.Share

No comments:

Post a Comment